Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa Itu Dogmatika (Pengertian, Sejarah, Metode)

Selamat datang di situs Blogger Toraja.

Pada artikel kali ini, admin Blogger Toraja akan lebih banyak membahas mengenai apa itu Dogmatika khususnya Dogmatika Kristen mulai dari Pengertian Dogmatika, Sejarah Dogmatika dan Metode Dogmatika. Yuk langsung disimak pembahasannya berikut.

Apa Itu Dogmatika Kristen?

Istilah "Dogmatika" berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya adalah dogmata. Kata ini mula-mula berarti pendapat atau pandangan, terutama pandangan atau ajaran pada lapangan filsafat. Selanjutnya kata dogma juga berarti keputusan atau apa yang sudah diputuskan, baik oleh seseorang maupun oleh persidangan.

Oleh karena keputusan seperti itu biasanya diumumkan, maka arti kata dogma menjadi: peraturan, perintah, pengumuman dan lain sebagainya. Kata kerjanya ialah dogmatizo yang artinya merumuskan sesuatu pendapat atau dalil-ajaran, mengumumkan sesuatu keputusan atau perintah.

Orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani telah menggunakan kata dogma pada lapangan keagamaan, misalnya untuk hukum dan aturan sebagaimana terdapat dalam Perjanjian Lama (Hukum Taurat). 

Dalam arti yang demikian, kata tersebut digunakan juga oleh Rasul Paulus (Kol 2:14, 20; Ef 2:15). Dalam Perjanjian Baru kata dogma kita temui juga dalam arti: hukum-hukum, perintah-perintah atau peraturan-peraturan dari pihak pemerintah (Luk 2:1; Kis 17:7; Ibr 11:23).

Di kalangan jemaat Kristen, kata dogma sudah mendapat arti yang istimewa. Di dalam Kis 16:4 dikatakan tentang dogmata yang ditetapkan oleh pimpinan jemaat Kristen di Yerusalem. Sesudah zaman para rasul, kata itu juga dipakai untuk ajaran yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus. 

Di dalam tulisan-tulisan dari zaman itu kita juga jumpai ungkapan "dogmata Tuhan" atau "dogma Injil" (Injil adalah berita tentang Yesus Kristus). Kemudian muncul pula ungkapan "dogmata Gereja".

Pengertian Dogmatika

Arti kata dogma lama kelamaan menjadi seperti artinya yang sekarang, yakni suatu dalil ajaran, suatu rumusan tentang suatu kebenaran keagamaan, suatu pasal kepercayaan dari Gereja Kristen. 

Maka dari pengertian yang terakhir inilah berasal istilah dogmatika dan kata sifatnya dogmatis (secara dogmatika). Jadi dapat dikatakan: bagian dari ilmu theologia yang kita sebutkan "dogmatika" itu ada sangkut-pautnya dengan isi pengakuan iman gereja.

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dogmatika adalah suatu dalil-ajaran atau suatu rumusan tentang suatu kebenaran keagamaan. Didalam kekristenan, dogmatika adalah bagian dari ilmu teologi yang ada sangkut pautnya dengan pengakuan iman Gereja.

Sejarah Dogmatika

Istilah “dogmatika” diperkenalkan pertama kali pada abad ke-17, tepatnya tahun 1659, ketika L. Fr. Reinhart menulis sebuah buku teologis yang berjudul Synopsis Teologie ae (Ikhtisar Teologi Dogmatis). Pada awalnya apa yang disebut dogmatika pada saat ini memiliki berbagai istilah, tergantung pada individu yang mengembangkannya.

Pada perkembangan selanjutnya, di abad kedelapan belas, S. J. Baumgarten menerbitkan bukunya dengan judul Evangelische Glaubenslehre (Ajaran Iman Evangelis 1759-1760), yang memperkenalkan nama “ajaran iman,” yang lalu diikuti oleh F. D. E. Schleiermacher, penulis buku Der Christliche Glaube (Iman Kristen I, II) tahun 1821-1822.

Bapak-bapak Rasuli dan kaum apologet abad kedua dan abad ketiga sesudah Kristus secara langsung memihak kepada penggunaan kata dogma yang nyata dalam Kisah Para Rasul 16:4. Mereka juga tidak hanya menghubungkan kata ini dengan “ajaran Kristen”, melainkan juga dengan “kehidupan Kristen.”

Namun kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kata “dogma” lebih sering dihubungkan dengan “ajaran Kristen” bahkan “ajaran gereja-gereja” daripada “kehidupan Kristen.” Terjadi suatu proses yang menyebabkan terjadinya pemisahan yang hebat antara “kehidupan” dan “ajaran” bahkan antara “praktek” dan “teori” dan menyamaratakan dogma dengan “ajaran gereja.” Hal ini tampak jelas terutama di dalam gereja Katolik Roma. 

Dalam karangan I Klug umpamanya, seorang teolog Roma yang termasyur pada masa antara perang dunia yang pertama dan yang kedua, ia mendefinisikan dogma sebagai “sebuah dalil yang dinyatakan oleh gereja sebagai kebenaran wahyu dan yang pada waktu yang sama dirumuskan.”

Metode Dogmatika

Dalam buku "Pembimbing ke Dalam Dogmatika Kristen" karangan Jongeneel mengemukakan beberapa metode dogmatika sebagai berikut:

1. Metode Deduktif

Metode ini seringpula disebut metode dogamtis, sebab bertolak dari dogmata = aksioma-aksioma tertentu dan yang menarik kesimpulan-kesimpulan logis dari dogmata tersebut. Metode ini merupakan metode dogmatik klasik. Metode ini bertolak dari kepercayaan kepada Allah (teosentris) dan yang pada akhir zaman berbicara kepada kita melalui perantaraan Anak-Nya (Ibrani 1:1), dan menurunkan dari situ kebenaran-kebenaran yang kekal dan berlaku universal, yang mempunyai karakter yang mutlak.

2. Metode Induktif

Metode ini bertolak belakang dengan metode deduktif. Metode ini mendasarkan pekerjaan ilmian yang menyelidiki hal-hal yang khusus dan berdasarkan itu berusaha untuk mencapai rumusan umum yang berlaku untuk semua hal yang khusus dari pokok yang sama itu. Metode ini sebetulnya menjadi minat para ilmuan bahwa para teolog modern yang beranggapan bahwa metode deduktif terlalu abstrak. Sebab bukankan iman Kristen itu harus mengalami konkritisasi. Dan upaya ini hanya bisa tercapai atau terjawab hanya apabila teologi sistematika (baca dogmatika) itu dirumuskan “dari bawah” yaitu manusia “di bumi” dan bukan dari Allah yang “di atas” atau “di surga”.

3. Metode Korelasi

Metode ini sebelutnya pertama kali diperkenalkan oleh Paul Tillich yang mengembangkan tugas hermeneutik sebagai metode korelasi. Metode ini dimulai dengan penggalian masalah pada situasi konkrit “dari bawah”. Metode ini memperlihatkan sebuah upaya menerangkan isi kepercayaan (baca: iman) Kristen melalui masalah-masalah eksistensial yang rill dan mencari jawaban-jawaban teologis yang saling berkaitan.

4. Metode Integrasi

Bagi Jongeneel metode ini dapat diberikan dalam menggambarkan bidang dogmatika. Oleh karena injil Yesus Kristus tidak selalu memberikan jawaban yang konkrit atas pertanyaan-pertanyaan eksistensial manusia masa kini, sebagaimana yang digambarkan dalam metode korelasi ala Tillich. Metode ini memiliki keterhubungan demikian; dalam dogmatika atau ajaran iman Kristen itu “diintegrasikan” unsur-unsur benar yang terdapat dalam, dan diperjuangkan baik oleh ilmu, maupun filsafat ataupun agama-agama bukan Kristen. Unsur-unsur yang dimaksudkan memang selalu berkaitan dengan aspek relatif iman Kristen itu sendiri yang menyangkut ekspresi, interpretasi ataupun aplikasi yang tergambar dalam ajaran. Sebab memang kalau menyangkut aspek mutlak yaitu inti sentral/Firman Tuhan, maka akan timbul bahaya sinkritisme. Oleh karena itu tugas dogmatika adalah “mengintegrasikan” injil Yesus Kristus ke dalam kehidupan manusia dan masyarakat kita.

Metode ini bergerak dalam dua arah, yaitu pengintegrasian kehidupan manusia dan masyarakat kita ke dalam Firman Allah dan juga sebaliknya upaya pengintegrasian Firman Allah itu ke dalam situasi aktual dan konkrit dalam kehidupan manusia dan masyarakat, baik masa kini ataupun masa yang akan datang.

Kesimpulan dan Penutup

Demikianlah pembahasan saya mengenai Apa Itu Dogmatika, Pengertian Dogmatika, Sejarah Dogmatika dan Metode Dogmatika. Semoga artikel ini dapat membantu dan bermanfaat. Terima kasih.
Blogger Toraja
Blogger Toraja Menulis adalah bekerja untuk keabadian, semua orang akan mati kecuali karyanya
close