Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Barat

Selamat datang di situs Blogger Toraja.

Sulit untuk menemukan corak pemikiran filsafat barat di abad keduapuluh ini karena begitu luasnya permasalahan yang dibicarakan dalam dunia filsafat tersebut. 

Salah satu cara untuk mengetahui corak pemikiran filsafat barat adalah dengan melihat periodisasi yang dibuat oleh para ahli filsafat.

Nah ada pembahasan kali ini, Blogger Toraja akan memaparkan sejarah periodisasi perkembangan pemikiran filsafat Barat. Yuk langsung disimak pembahasannya berikut.

Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Barat

Secara umum periodisasi pemikiran filsafat barat dapat dibedakan atau dikelompokkan kedalam 6 periode seperti zaman Yunani kuno, zaman klasik Yunani, abad pertengahan, zaman renaissance, abad modern dan abad keduapuluh. Berikut penjelasannya.

1. Zaman Yunani Kuno (Abad 5 SM - 2 M)

Pada zaman ini filsafat sudah lebih bercorak "Kosmosentris", artinya para filsuf pada waktu itu mengarahkan perhatian mereka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan asal mula terjadinya alam semesta.

Mereka berupaya mencari jawaban tentang prinsip pertama (Arkhe) dari alam semesta, oleh karena itu mereka lebih dikenal dengan julukan "Filsuf-filsuf alam". Tokoh yang termasyur pada zaman ini antara lain: Thales, Anaximadros, Anaximenes, dan lain-lain.

2. Zaman Klasik Yunani (Abad 5 SM - 2 M)

Pada masa ini filsafat lebih bercorak "Antroposentris", artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan "manusia" (Antropos) sebagai objek pemikiran filsafat mereka.

Mereka berupaya mencari jawaban tentang masalah etika (filsafat tingkah-laku) dan juga hakikat tentang manusia. Tokoh yang tersohor pada waktu itu antara lain: Socrates, Plato, Aristoteles. Mereka dijuluki filsuf klasik, karena ide-ide mereka tetap aktual.

3. Abad Pertengahan (Abad 2 - 14 M)

Pada masa ini filsafat lebih bercorak "Theosentris", artinya para filsuf dalam periode ini menjadikan filsafat sebagai agama atau filsafat diarahkan pada masalah ketuhanan. 

Suatu karya filsafat dinilai benar sejauh tidak menyimpang dari ajaran agama (Christiany). Tokoh yang paling piawai ada waktu itu antara lain: Agustinus dan Thomas Aquinas.

4. Zaman Renaissance (Abad 14-16)

Pada masa ini para ahli pikir berupaya melepaskan diri dari dogma-dogma agama. Bagi mereka citra filsafat yang paling bergengsi adalah zaman klasik Yunani. Oleh karena itu mereka mendambakan kelahiran kembali filsafat yang bebas, yang tidak terikat pada ajaran agama.

Cita-cita ini terwujud dengan baik karena ditunjang oleh beberapa faktor penyebab sebagai berikut:

  • Pudarnya kewibawaan dewan gereja ada masa itu dianggap terlalu banyak mencampuri kegiatan-kegiatan ilmiah. Misalnya hukum bakar yang dikenal terhadap Bruno lantaran kegiatan ilmiahnya dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama.
  • Orang tidak lagi mempercayai nilai-nilai universal yang dianggap terlalu abstrak. Orang-orang pada masa itu lebih mendambakan nilai-nilai individual yang bersifat konkret dan lebih banyak memberikan kesempatan untuk menggunakan akal pikir secara bebas.

5. Abad Modern (Abad 16-19)

Corak pemikiran filsafat pada masa ini kembali pada masalah "Antroposentris", serupa dengan zaman klasik Yunani, namun lebih mengagungkan kemampuan akal pikir manusia.

Tokoh yang termasyur pada masa ini antara lain: Descartes, Hume, I. Kant, Hegel dan A. Comte. Pendewaan terhadap akal pikir manusia tampak jelas dalam semboyan Descartes "Cogito Ergo Sum".

6. Abad Keduapuluh

Meskipun sulit untuk menentukan corak pemikiran filsafat yang khas pada masa ini, namun banyak ahli filsafat yang menganggap filsafat bercorak "Logosentris" lebih dominan dari pada yang lain.

Logosentris artinya kebanyakan filsuf pada masa ini melihat bahasa sebagai objek terpenting pemikiran mereka. Tokoh yang paling piawai pada masa ini antara lain: G.E. Moore, Russel, Wittgenstein, Ryle, Austin.

Demikianlah pembahasan saya mengenai Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Barat, semoga artikel ini dapat membantu dan bermanfaat. Terima kasih.

Referensi: Mustansyir, Rizal. 2007. Filsafat Analitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Blogger Toraja
Blogger Toraja Menulis adalah bekerja untuk keabadian, semua orang akan mati kecuali karyanya
close