Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Perkembangan Filsafat Cina

Selamat datang di situs Blogger Toraja.

Sejarah filsafat mengajar jawaban-jawaban vang diberikan oleh pemikir-pemikir besar, tema-tema yang dianggap paling penting dalam periode-periode tertentu, dan aliran-aliran besar yang menguasai pemikiran selama suatu zaman atau di suatu bagian tertentu. 

Cara berpikir tentang manusia, tentang asal dan tujuan, tentang hidup dan kematian, tentang kebebasan dan cinta, tentang yang baik dan yang jahat, tentang materi dan jiwa, alam, dan sejarah. Tetapi ada banyak pertanyaan dan jawaban yang selalu kembali di segala zaman dan disemua sudut dunia. Oleh karena itu, sejarah filsafat sangat penting.

Sejarah filsafat dunia merupakan suatu sumber pengetahuan, pengalaman, hikmat, dan iman yang luar biasa. Sejarah filsafat merupakan suatu cermin manusia. 

Pertanyaan-pertanyaan dan ide-ide manusia sekarang ditemukan kembali di sini dalam suatu perspektif yang sangat luas, yang mengatasi batas batas agama, batas-batas bahasa, batas-batas zaman dan kebudayaan.

Setelah sebelumnya saya sudah membahas mengenai sejarah perkembangan filsafat Barat dan India, pada kesempatan kali ini saya juga akan menguraikan mengenai sejarah perkembangan pemikiran filsafat Cina. Yuk langsung saja disimak pembahasannya berikut.

Sejarah Perkembangan Filsafat Cina

Pemikiran Cina lebih antroposentris dan lebih pragmatis. Di Cina diajarkan bahwa manusia sendiri dapat menentukan nasibnya dan tujuannya. 

Filsafat Cina dibagi menjadi empat periode besar, yaitu Zaman Klasik (600-200 SM), Zaman Neo-taoisme dan Buddhisme (200 SM - 1000 M), Zaman Neo-konfusianisme (1000-1900 M), Zaman Modern (setelah 1900 M).

Zaman Klasik

Di Cina, zaman klasik berada di antara 600 SM dan 200 SM. Adapun sekolah-sekolah tepenting dalam zaman klasik, antara lain Konfusianisme, Taoisme, Yin-Yang, Moisme, Ming Chia, dan Fa Chia.

1. Konfusianisme

Bentuk Latin "Kong-Fu-Tse". Konfusius hidup antara tahun 551 SM dan 497 SM. Mengajar Tao (jalan" sebagai prinsip utama dari kenyataan) adalah "jalan manusia". Artinya manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik.

2. Taoisme

Taoisme diajarkan oleh Lao Tse ("guru tua'") hidup 550 SM. Lao Tse melawan Konfusius. Menurut Lao Tse bukan "jalan manusia" melainkan "jalan alam"-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, mutlak dan tak ternamai. 

Lao Tse lebih metafisika, Konfisius lebih etika. Puncak metafisika Taoisme kesadaran bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. Di India disebut neti, naitu: "tidak begitu". Filsafat Barat menyebutnya docta ignorantia atau disebut dengan ketidaktahuan yang berilmu.

3. Yin - Yang

Yin itu prinsip pasif, ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian dan untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, gerak, bumi, matahari, api dan laki-laki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas.

4. Moisme

Moisme didirikan oleh Mo Tse (500-400 SM). Mo Tse mengajar yang terpenting adalah "cinta universal", kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis. Etika Mo Tse mengenal suatu prinsip yang antara lain dalam agama Kristen disebut "kaidah emas".

5. Ming Chia

"Ming Chia" atau "sekolah nama-nama", menyibukkan diri dengan analisis istilah-istilah dan perkataan-perkataan. "Ming Chia", "sekolah dialektik, dapat dibandingkan aliran sofisme fisafat Yunani. 

Ajaran mereka penting sebagai analisis dan kritik yang mempertajamkan perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang memperkembangkan logika dan tata bahasa.

Dalam Ming Chia terdapat khayalan tentang hal-hal seperti "eksistensi", "relativitas", "kausalitas", "ruang", dan "waktu".

6. Fa Chia

Sekolah hukum berpikir tentang soal-soal praktis dan politik. Fa Chia mengajar kekuasaan politik tidak harus mulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu sistem undang-undang yang keras sekali.

Zaman Neo-Taoisme dan Budhisme

Tao dibandingkan dengan "Nirwana" dari ajaran Buddha, yaitu "transendensi di seberang segala nama dan konsep", "di seberang adanya".

Zaman Neo-Konfusianisme

Pada tahun 1000M, Konfusianisme klasik menjadi salah satu ajaran filsafat terpenting.

Zaman Modern

Sejak 1950 filsafat Cina dikuasai pemikiran Marx, Lenin, dan Mao Tse Tung. Tiga tema dipentingkan dalam filsafat Cina yakni: harmoni, toleransi dan peri kemanusiaan.

Harmoni keseimbangan suatu jalan tengah dari emas antara dua ekstrem. Toleransi sikap perdamaian yang memungkinkan suatu pluriformitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama. Perikemanusiaan manusia yang harus mencari kebahagiaannya di dunia dengan memperkembangkan dirinya sendiri dalam interaksi dengan alam dan dengan sesama.

Referensi

Suharyanto, Carolus dan Raja Aloan Tumanggor. (2017). Pengantar Filsafat untuk Psikologi. Yogyakarta: PT Kanisius.

Blogger Toraja
Blogger Toraja Menulis adalah bekerja untuk keabadian, semua orang akan mati kecuali karyanya
close